Sabtu, 26 Mei 2012

we are not invisible


Sukhoi.
Kata ini pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita, bagaimana tidak, setiap hari baik di tv maupun media cetak dipenuhi oleh pemberitaan mengenai jatuhnya pesawat buatan rusia ini.
ya, buatan rusia.

Mungkin masih lekat di ingatan kita beberapa tahun lalu, kata sukhoi juga sempat menjadi pembicaraan hangat di masyarakat. Kala itu sukhoi yang dimaksud adalah berupa pesawat tempur yang notabene juga buatan rusia.
lalu bagaimana bisa jadi pembicaraan?  search aja di google, saya tidak mau membahas lebih karena memang bukan itu yang hendak saya bahas disini.

back to our topic,

Hal yang sedang menjadi pembicaraan hangat di indonesia bahkan mungkin dunia internasional ini, cukup memprihatinkan, saya sampai-sampai kepikiran untuk menulis tentang ini.
well, i’m not a journalist aniway.
Tebing tempat jatuhnya pesawat

Pesawat ini pada awalnya hendak melakukan flying test, namun saat mengudara pesawat tersebut kehilangan kontak dengan lapangan udara. Puing-puing pesawat tersebut baru ditemukan beberapa hari kemudian di sebuah tebing curam. Dikhawatirkan tidak ada korban yang selamat dari kecelakaan ini.

you see? They are not invisible, you are not invisible.

Kecelakaan itu bisa menimpah siapa saja, kapan saja.
Dan saya masih terlalu bodoh jika tetap beranggapan seperti beberapa tahun lalu.

Saya masih ingat persis percakapan beberapa tahun lalu, seolah baru saja kemarin. Saya dan kedua orang tua saya sedang naik kendaraan bersama dengan keluarga adik dari ayah saya.
Saat itu yang menyetir mobil adalah paman saya.

“Jem, bawa mobilnya biasa aja. Jangan terlalu cepat” Kata istrinya, mencoba menegur paman yang memang sedang menyetir mobil dengan kecepatan tinggi.

“iya..iya”

Kami yang lain hanya bisa tertawa melihat tingkah dari pasangan tersebut. Setelah itu perbincangan di dalam mobil sampai pada kecelakaan yang pada saat itu memang sering terjadi. Mendengar permbicaraan tersebut, bibi yang memang tipe orang parno-an semakin gencar mengingatkan paman untuk hati-hati. Melihat tingkah bibi yang seperti itu, yang lain coba menakut-nakutinya dengan bercanda jika kita mengalami kecelakaan.

Saya yang dari awal hanya menjadi pendengar pun terpancing untuk mengeluarkan suara.

“Tenang aja, kita gak akan apa-apa koq. Dimobil ini ada aku, gak bakalan kecelakaan”
entah dari mana saya bisa berkata seperti itu.
Mendengar ucapan saya mereka sempat terdiam untuk beberapa detik, sebelum akhirnya melanjutkan tertawa dengan jumawa.
Ya, tentu saja mereka menganggap itu sebagai hal yang lucu. Tapi mereka tidak pernah tahu, saat itu saya mengatakannya dengan penuh keyakinan.
yaa,, saya serius. Waktu itu saya benar-benar meyakini saya seorang pemeran utama dalam mobil itu, bahkan dalam kehidupan ini. Hahaha

Saya rasa kita semua pernah punya anggapan yang sama, naif bukan? :D
Bagaimana kita pernah meyakini, we are invisible. Kamu mungkin merasa kecelakaan itu bisa menimpa siapa saja, kecuali kamu. Tidak mungkin kamu kecelakaan, didunia ini ada jutaan manusia, kenapa harus kamu? Begitu kan?

Tapi kita tidak pernah benar-benar tahu bagaimana kecelakaan atau yang terburuk kematian, bisa menimpah seseorang. Bagaimana kamu tahu, orang-orang yang menjadi korban di pesawat itu juga pernah hidup, juga pernah seperti kita, bahkan mungkin pernah berpikir "i’m invisible".
Beberapa jam sebelum kejadian mungkin mereka masih bersama dengan kita dan berkata, “tenang saja semua akan baik-baik, setelah ini kita jalan-jalan sekeluarga ya”.
Tapi beberapa hari setelahnya orang yang dijanjikan justru harus menangisi dia. Bukan hanya karena janji yang tak terpenuhi, tapi bahkan mereka tidak bisa lagi membuat sebuah janji.

 -------------------


Hari ini saya mengikuti ibadah di sebuah gereja, jujur saya tidak begitu mengikuti khotbah yang disampaikan.
Diakhir ibadah sebelum kami pulang, kami sempat mendengarkan kata-kata sambutan dari seorang perwakilan kementerian agama.
Dia menyinggung soal pemabangunan gedung gerja tersebut, bagaimana perkembangan gedung ini dari saat dia pertama kali berkunjung, sampai saat ini.

Biasa saja sebenarnya, namun ada satu topik yang menarik perhatian saya.
Dia berbicara tentang bagaimana gereja ini berdiri, bagaimana mereka yang ada pada awal gereja ini dibangun dan turut terlibat didalamnya.
Mereka mungkin sudah tidak ada, tapi jejak keberadaan mereka masih bisa kita lihat. Setidaknya melalui bangunan ini.
Satu kalimat yang sangat menarik yang dia ucapkan
“Setiap periode ada manusianya, dan setiap manusia ada periodenya”
kata-kata tersebut membuat saya berpikir.

Well untuk kita yang masih hidup sekarang inilah periode kita. Dan periode tersebut tidaklah selamanya. Jangan menunggu sampai periode kita habis.
Yaa, kamu mungkin masih mudah. Tapi suatu kematian bukan hanya ditentukan oleh usia bukan.
remember! We are not invisible.

Buatlah sesuatu yang bisa dilihat orang lain, yang bisa membuktikan bahwa kita ada atau paling tidak "pernah ada".
Setidaknya di periode kita ini ada “sesuatu” yang bisa kita lakukan, kita tidak menghabiskannya hanya untuk hidup dan kemudian mati.
Jika seperti itu apalah arti dari  sebuah kehidupan?
Bukankah lebih baik jika kita pergi dan “meninggalkan sesuatu” bukan meniggalkan segalanya dan pergi begitu saja.

Kita tidak pernah benar-benar tahu kapan periode kita berakhir. Tapi kita tentu selalu bisa mempersiapkannya.

Jika itu beberapa tahun lagi, setidaknya kita bisa berbuat banyak bukan

Jika itu tahun depan, buatlah sesuatu di tahun ini.

Dan jika itu besok, setidaknya buatlah hari ini bermakna.

2 komentar:

  1. bagus nih post yg ini..
    *baru baca yg ini hahahhaa..

    (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha.. thanks for reading gitzz
      stay tuned yaa *ngarepp* :D

      Hapus