“It’s hurtful to see people
change, but even more hurtful to remember who they used to be” –Tiffany William
Apa yang tidak berubah? Cuaca, suasana, tinggi badan, panjang rambut, kerut-kerut di kening, suara, waktu, perasaan?
Hell yeah, tidak ada yang konstan berjalan. Bahkan batu dan tanah pun bisa bergerak.
Kita butuh perubahan untuk tetap
bisa ada didunia ini. Sekarang tinggal apa yang kita inginkan untuk berubah dan
apa yang sekuat upaya kita pertahankan untuk tetap sama ada, karena mereka
sudah baik. Mau tidak mau perubahan adalah hal yang nyata harus kita jalani.
Suka atau tidak suka. Sakit atau tidak sakit.
Saya selalu mengangap bahwa apa
yang paling mudah berubah dalam hidup ini adalah perasaan, adalah hati. Itu
kenapa, ada yang sering mengatakan: “Isi hati manusia, siapa yang tahu
dalamnya?”
Dan perubahanlah yang memberikan
kesempatan manusia untuk mendewasakan dirinya. Perubahan jugalah yang
memberikan kesempatan manusia untuk memaafkan dan dimaafkan. Perubahan pulalah
yang terkadang memberi kesempatan kita, untuk menjadi lebih bahagia.
Apa yang mampu bertahan
selamanya? Tidak ada. Bahkan kamu pun perlu mati, suatu saat nanti. Kalau
beruntung, kau pun akan sempat merasakan bagaimana hidupmu berubah menua.
Bagaimana rambutmu yang hitam mulai beruban, bagaimana kulitmu yang kencang
mulai mengendur, bagaimana jajaran gigimu yang rapat mulai berlubang.
Dan ya, tidak semua orang diberi
kesempatan menua. Bahkan kebanyakan manusia diusia saya, begitu teramat percaya
diri dengan ‘masih’ panjangnya deret bilangan usia yang mereka miliki. Tapi
nyatanya, apa yang mampu lebih dekat dari jarak kematian itu sendiri? Tidak
ada.
People change?
Yes they did
But hey, i’ts real life.
Nothing last forever right?
Bahkan mereka yang ada dalam kepalamu tidak pernah terpikirkan akan
merubah sikapnya. Bisa saja berubah tanpa sempat kamu mengedipkan matamu.
Secepat itu? Ya tentu saja mereka mampu. Apa yang tidak bisa dilakukan manusia?
Mereka cerdas melakukan hal-hal yang bahkan tidak sempat kamu bayangkan mereka
sanggup untuk lakukan. Salah satunya pun bisa jadi cerdas menyakitimu. Benar
kan? :p
Dan apakah mereka salah? Saya
rasa tidak. Karena setiap orang berhak menjalani hidupnya dengan caranya
masing-masing. Dan kita, hanya perlu memahami mereka. Menghargai cara berpikir
mereka dan lebih menghargai diri kita sendiri setelahnya. Yakinlah saja, mereka
punya alasan terbaik, walau mungkin dengan keputusannya mereka memilih untuk
bersikap buruk padamu.
Whatever it’s hurtful to
remember who they used to be, you still have to face it.
Melarikan diri, hanya untuk mereka yang pengecut pada kenyataan.
Karena saya tahu, tidak semua
perubahan berjalan ke arah yang kamu anggap baik. Beberapa seakan bergerak ke
arah yang tidak kamu inginkan. Tapi itulah yang terbaik untukmu.
Hal yang pertama kali harus kamu
kendalikan adalah hidup dan perasaanmu sendiri. Kebetulan, saya bukan bagian
dari mereka yang betah menyerapah keadaan dan hal-hal buruk yang terjadi dalam
hidup saya. Apalagi menyerapah mereka yang sudah membuat saya kecewa. Saya selalu
berpikir, mereka tidak akan pernah
mengecewakan saya, apabila saya tidak memberi mereka kesempatan untuk
melakukannya.
Hidup, hati, dan diri saya ini
berada dalam tanggung jawab saya sepenuhnya, bukan orang lain. Ya, dimana-mana
menyalahkan orang lain, selalu menjadi pilihan yang mudah. Tapi itu pilihan
yang paling tidak bijaksana.
Ketika saya patah hati, putus
dari seseorang, menyerapah dan menyalahkan kekurangannya akan menjadi hal yang
lebih mudah saya pilih. Tapi apakah itu akan membuat saya move-on lebih cepat?
Tidak.
Saya lebih suka introspeksi diri
daripada repot mengkoreksi kesalahan orang lain. Kesalahannya, adalah
bagiannya. Hidup dan kebahagiaan saya, adalah bagian saya.
Karena menyalahkan keadaan adalah seburuk-buruknya keadaan yang bisa
kamu jalani. Saya mungkin punya beberapa hal yang tidak baik di masa lalu
tapi tidak akan saya biarkan mereka membuat masa depan saya menjadi ikut tidak
baik.
“Memang masa lalu pikir, siapa
mereka bisa mendikte masa depan saya? Ha?!”
*teriak gaje*
Saya memang tidak suka
membicarakan mereka, karena memang saya berpikir mereka bukan bagian yang perlu
saya ingat-ingat. Tapi yakin saja itu adalah titik terendah dalam hidup yang
pernah saya alami. Berat, bahkan sangat berat. Tapi memang siapa yang mau
peduli pada mereka kecuali diri saya sendiri dan Tuhan. Berharap ada seseorang
yang dengan baik hati mau mencoba memahami masalah orang lain di tahun 2012 ini
adalah bagian dari kekonyolan. Setiap manusia, punya bagian masalahnya
masing-masing. Dan mereka cukup repot untuk ikut campur dalam masalahmu. Dari
pada berharap dan kecewa, lebih baik cobalah menyelesaikan masalahmu sendiri.
Perubahan, telah mengantar saya
sampai di titik ini. Dan untuk sampai ke titik ini bukanlah hal mudah. Tidak
ada yang menjadi penolong sebaik diri kita sendiri, bagi diri kita sendiri
tentu saja. Lagipula siapa yang mampu bertahan hidup tanpa perubahan? Tidak
ada.
Jadi ketika seseorang didekatmu
berubah, pandanglah ia sebagai proses dalam hidup yang mesti kau lalui agar
tetap mampu bertahan hidup. Jika perubahan itu membuatmu sedih, yakinlah itu
hanya akan terjadi sementara waktu saja. Karena Tuhan akan menunjukan padamu,
bahwa kesulitan hanyalah salah satu dari bentuk kebahagiaan yang masih
tersembunyi wujudnya.
*****
GOD IS ALWAYS ON TIME !
Setiap kali saya membaca kalimat
diatas, saya tahu, ada yang merencanakan hidup saya dengan sempurna dan Dia
adalah Ahlinya.
Apa lagi yang perlu
dikhawatirkan, ketika kau meyakini bahwa keputusan Tuhanmu selalu menjadi yang
paling tepat waktu?
Buruk atau baik (di matamu)
Suka atau tidak (di hatimu)
Mereka yang datang “tepat waktu”
pasti akan mengantar hidupmu ke arah yang tepat.
Semua hal itu ada takdirnya—ada
masanya—ada hikmahnya. Bukan begitu?
Tidak ada perubahan yang nyata
seburuk yang ada di dalam pikiranmu. Walau pun mereka harus berjalan dengan
cara yang buruk dalam hidupmu.
Beberapa minggu belakangan, saya
banyak belajar bahwa ternyata merelakan adalah kegiatan yang menyenangkan
ketika nyata telah berhasil dilewati.
Merelakan mungkin adalah kegiatan
yang begitu sulit dimulai, tapi cukup membahagiakan ketika berhasil diakhiri.
It’s really funny. But finally
i’m happy enough!
Merelakan dalam bentuk apapun, mampu membuatmu bahagia dengan cara
yang baik.
Percayalah.
Jadi jangan terlalu
mengkhawatirkan apa yang belum terjadi, ketakutanmu hanya akan membuang banyak
waktu untuk menikmati hidupmu.
Dan satu hal yang saya pelajari
dari hidup belakangan ini:
Kamu tidak tahu apa yang telah
seseorang alami dalam hidupnya dan seperti apa masa lalunya berjalan. Kamu
tentu saja tidak bisa meratakan semua orang untuk bisa hidup sebaik cara yang
kamu punya. Cobalah untuk tidak egois, atau kesepianmu takkan pernah habis.
Tidak akan ada yang mampu bertahan dengan mereka yang memilih ke-egoisan untuk
mengisi hidupnya.
ps: belakangan membaca jadi hal yang menyenangkan buat saya.
seandainya sama menyenangkannya dengan membaca accounting text book. :D
seandainya sama menyenangkannya dengan membaca accounting text book. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar