Minggu, 08 Juli 2012

Thanksgiving day? Give Thanks!


Tuhan selalu punya cara yang unik untuk menegur umatNya. Setidaknya itu yang saya rasakan sekarang.
Baru saja dibuat malu oleh cara-caraNya tersebut. *tertawa kecil*

Hari ini, hari yang apa disebut didaerah kami sebagai hari pengucapan. Hari dimana orang-orang dibagian daerah tertentu mengadakan syukuran, dan orang-orang dibagian daerah lainnya datang bertamu. *ribet ya penjelasannya :D
Yang jelas ini hari dimana makanan kayaknya jadi hal paling “murah” untuk kita temui. Tinggal masuk ke salah satu rumah “Halooo selamat siaaang” saling jabat tangan, udah deh dapat makan.

Dan kali ini giliran teman saya, sahabat saya yang daerahnya mengadakan pengucapan. Dan tentu saja, saya dapat giliran untuk bertamu (baca: makan-makan gratis). Sahabat saya ini adalah teman dari waktu sekolah di SMK. Dan sampai tahun yang ke-2 setelah kami lulus dari sekolah, kami tetap menjadi sahabat dan masih punya komunikasi. Begitupun dengan teman sekelas lainnya.

Sudah tentu hari semacam ini selalu dinantikan, hari dimana kita bisa ketemu dan sekalian reunian. Bahkan beberapa minggu, jauh sebelum hari ini sahabat saya ini sudah mengundang kami buat datang ke rumahnya. Tentu saja saya tidak perlu berpikir dua kali untuk bilang “iya”. Siapa coba yang bisa bilang tidak untuk makanan-makanan super enak itu. :p Dan terlebih lagi saya kangen sahabat-sahabat saya ini.

Hari ini, saat ini. Saya seharusnya berada disana, sedang memegang piring sambil berbincang hangat dengan mereka diselingi tawa2 kecil.

Tapi tidak!

Saya disini, dirumah sendiri. Nulis posting ini. Lima menit yang lalu teman-teman yang sedianya akan pergi bersama, baru saja meninggalkan rumah saya. Tanpa. Saya.
*nangis kejer*

okee, alasan tidak bisa berkumpul dengan sahabat-sahabat terbaik karena tidak dapat tumpangan itu gak banget. Tapi itu yang saya alami.
Sebenarnya pagi-pagi tadi saya sudah menyiapkan motor bapak, sudah dicuci segala. Eh, tapi ternyata teman yang mau berangkat bareng itu nambah. “Mungkin akan ada yang gak dapet boncengan” begitu pikir saya.

Dan sudah jadi tradisi umum, kayaknya tiap ada momen ketemu-ketemu gini, saya suka sibuk sendiri. Nelpon sana-sini;

“hey, bentar sore si ini ngajak ketemuan”

“hey, dimana? Bentar sore kita-kita pada mau gathering”

“jeng, si ini ama si itu udah pasti datang, kamu datang juga doong”
“banyak koq yang dateng, gak dateng nyesel loh”

“udah,kita ngumpul disini aja terus nnti baru diobrolin mau kemana”

yaak, saya sudah kayak Event Organiser khusus reunian teman-teman. -_-
Dan tidak pernah ada yang menyuruh saya melakukan itu. Spontanitas saja. Karena saya selalu ingin bertemu dengan orang-orang ini, sebanyak mungkin yang ngumpul. Kalo bisa. Lengkap!
tapi sampai sekarang saya belum pernah berhasil ngumpulin semua temen-temen. *kayaknya saya gak bisa jadi EO beneran

Kali ini, karena banyak yang bersedia buat kumpul bareng di rumah sahabat saya itu. Saya tambah semangat. Bahkan ada dari mereka-mereka yang belum pernah menyempatkan diri untuk datang, kali ini mereka angkat suara.

Yaaa... kayaknya kita lebih baik menggunakan mobil untuk berangkat ke daerah tujuan.

Beberapa jam sebelum waktu yang ditentukan, teman-teman yang lain mulai berubah pikiran. Ada yang tidak bisa ikut.

semakin mendekati waktu buat ngumpul, teman yang lain mulai susah dihubungin. Kesannya menghindar gitu.

saat ini. Saya. Drop.

Mood yang tadinya diatas awan, sekarang dilindas teronton.
Setelah menunggu beberapa waktu dan tidak juga mendapat kepastian, saya bilang ke sodara yang sedianya bakal nyetir mobil, gak jadi pake mobil.
Secara itu mobil sewaan, kantong saya tidak mampu buat bayar sendirian..*hehe

Sekalian saya memutuskan untuk tidak pergi ke tempat pengucapan. Ya, saya suka tidak tenang didalam ketidakpastian. Maka sekarang saya memilih membuat itu pasti.

Saya kecewa dengan teman-teman. Sangat.
Dirumah ini saya sedang sendiri. Dan seperti biasa saya luapkan kekecewaan melalui tweet
“Jika tahu keadaanya seperti ini, lebih baik saya tidak memusingkan mereka. Ini kepentingan bersama, kenapa harus saya yang sibuk sendiri.”

Saya langsung menghapus tweet tersebut kurang dari semenit. Saya sendiri tidak begitu suka dengan orang yang mengeluh
iya, ini bukan saya. Saya sebenarnya tidak begitu suka banyak yang tahu saya sedang “down”. Terlebih kepada mereka yang hanya akan “sekedar tahu”.


Beberapa jam kemudian teman yang lain datang mengajak untuk berangkat menggunakan motor.
apa kabar dengan motor saya? Sudah terlanjur dipake bapak saya.
Saya merasa. Dipermainkan. keadaan.


Sekedar memberitahu, rumah saya sedianya memang akan menjadi tempat berkumpul, sebelum akhirnya akan berangkat sama-sama. *Kesan EO makin jelas*


Iya, saya mempersilakan kedua teman saya ini yang katanya paling pasti hadir kali ini. *tapi sempat susah dihubungin juga tadi :p
 
yaa, saya berharap dengan mereka singgah ke rumah, paling tidak bisa sedikit menghibur saya.
dan benar saja tak memerlukan waktu lama sampai kami bisa berbicara lepas.
Suasana hati saya bagus kembali. Sambil menunggu hujan yang masih deras. Hasrat EO saya muncul lagi.
 

saya semangat untuk mulai menghubungi teman-teman yang lain. Tapi kali ini berbeda, saya tidak ada dalam posisi untuk ikut hadir. Ya, saya sudah membuat keputusan bukan. Saya hanya membantu. keinginan untuk mengumpulkan teman-teman masih kuat.


Dan akhirnya dua teman yang lain bisa ikut hadir. Mereka kemudian pamit untuk berangkat ke daerah teman saya yang sedang mengadakan pengucapan.


Sebenarnya sempat muncul keinginan untuk ikut juga. Namun saya orang yang susah untuk membangun mood kembali. Ditambah hanya ada 2 motor untuk 4 orang.
Saya memilih untuk jadi orang kelima alias yang tidak ikut. *kasiaaan :D


Tapi koq saya melepas mereka pergi dengan senyum. Benar-benar senyum, dan senang. Benar-benar buka keadaan yang bisa terjadi disaat saya sekecewa tadi. Saya bahkan sempat menitipkan kamera digital. “Setidaknya bawakan saya sesuatu”

Jadi apa intinya posting kali ini?
Yaa, mood saya yang tadinya buruk. Sangat.
Saya seakan dipenuhi kekecewaan. Cuma dengan kehadiran teman-teman saya ini seolah saya bisa melupakannya. Seakan mereka dikirim oleh Tuhan untuk menegur saya.

Saya merasa seperti dijitak sama Tuhan
“HEY... jangan menjadi orang yang menyimpan kekecewaan. Bahkan jangan kamu biarkan kekecewaan itu merubah kamu menjadi lain. Hidup bukan hanya dihari ini, hidup bukan hanya dihari pengucapan.”
setidaknya jika dihari pengucapan ini kamu dipenuhi kekecewaan. Selalu ada hari-hari lain dimana kamu bisa selalu mengucap syukur. Itu jika kamu percaya.
J







PS: setelah menulis posting ini, saya berencana menikmati kesunyian dirumah.
sebelum beberapa saat kemudian bapak saya sudah pulang, dan cuacanya sudah cerah.
saya kembali. Merasa. Dipermainkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar